Sudah memasuki jum'at kedua di tahun 2021. Melihat kilas balik di beberapa tahun kemarin, rasanya ada sesuatu yg justru berkurang bukan malah bertambah pada diri ini. Sesuatu yg dulu sempat menjadi kebiasaan baik, namun kini untuk memulai nya saja sangat sulit rasanya. Sesuatu yg biasanya mengalir begitu saja, namun saat ini rasanya seperti menggali di bebatuan, bisa sekali, namun tersendat di galian kedua dan seterusnya. Sesuatu itu adalah "Semangat Menulis".


Vakum selama bertahun-tahun membuatku benar-benar buta. Ku ingat terakhir kali menulis dengan lepas adalah ketika wisuda kuliah strata-1 ku. Semua perasaan tercurah  begitu saja layaknya air yg mengalir. Rentetan-rentetan huruf bermunculan di layar laptop yg sudah mulai usang. Membentuk rangkaian kata menjadi cerita yg enak dibaca. Namun kini, sekedar membuat satu kalimat saja butuh waktu seminggu untuk memikirkannya. Belum lagi ketika kalimat satu dan yg lainnya tak cocok. Harus dihapus dan tulis ulang berkali-kali. Sehingga tak pernah membentuk suatu tulisan yg bermakna. 


Aku sadar. Selama tamat kuliah, aku sudah jarang membaca buku. Sudah jarang menulis cerita. Aku terlalu sibuk dengan dunia yg baru. Sehingga lambat laun semangat menulis juga mulai pudar. Ia mulai hilang meninggalkanku. Sama seperti aku meninggalkannya. 


Alhamdulillah semangat itu mulai muncul kembali di akhir tahun 2020 kemarin. Sempat menantang diri sendiri bersama seorang sahabat untuk mulai menulis kembali. Ku Motivasi diriku agar semangat lagi. Alhasil, beberapa tulisanku kembali muncul. Namun seperti kata pepatah, ala bisa karena biasa. Vakumnya diriku di dunia tulis menulis selama +- 4 tahun, membuat kualitas tulisanku menurun drastis. Dari ide kepenulisan yg terkesan dipaksakan maupun dari kaidah kepenulisan yg sudah tak tau entah bagaimana. 


Penyesalan-penyesalan mulai muncul. 


Namun aku bertekad akan berusaha untuk terus Berjuang menemukan "semangat menulis" Ku yg dulu. Doakan aku ya kawan-kawan. 


"Menulis lah apa yg ingin kau tulis. Bukan menulis apa yg orang ingin baca"


 "Wah hasil yang luar biasa!" ucap pak Salim, dosen pembimbing skripsiku. 

"Baiklah. Selamat untuk kalian berdua. Kalian sudah boleh daftar sidang bulan ini. Yang terpenting jangan lupa belajar lagi untuk persiapan. Bapak doakan semoga lancar ya! " Lanjut beliau, sambil membubuhkan tanda tangan di lembar pengantar sidang.

"Alhamdulillah. Terimakasih banyak pak" Jawab kami serentak. Kami sangat bersyukur di detik-detik terakhir kami hampir putus asa, Allah mengirimkan pertolonganya melalui jalan yang tidak pernah kami sangka. 2 minggu yang lalu, seorang alumni yang kebetulan singgah ke kampus, tak sengaja mendengar obrolan kami ketika lewat di depan lab. Setelah mendengarkan cerita kami, akhirnya beliau memberitahu bahwa di laboratorium tempat ia kerja, ia punya sampel yang kami butuhkan. Beliau juga tak sungkan-sungkan memberitahu prosedur untuk mendapat sampel tersebut. Akhirnya kami sempat melakukan 5 kali pengulangan pervariabel, dan mendapat hasil yang sesuai harapan. 

Kami berdua menuju ruang departemen untuk mendaptar sidang. Setelah mengumpulkan beberapa berkas persyaratan, kamipun pulang. Besok jadwal sidang kami keluar. Kami harus bersiap. 

- to be continued... 

#challengecomeback15desember2020

"Pagi pak! " Ucapku kepada pak Ridwan. Satpam fakultas itu menjawab sambil tersenyum. 

"Pagi juga le...". 

" Udah makan sarapan belum pak? Ini saya bawakan nasi bungkus " Tanyaku sambil menyerahkan bungkusan plastik berisi nasi dan teh hangat itu. Aku sengaja beli dua bungkus di warung dekat kosan tadi. Satu untukku, satu lagi untuk sedekah. Ayahku selalu bilang untuk senantiasa membiasakan sedekah walau hanya dengan segelas air putih. "Jumlahnya tak penting, yang penting niat kita " Kata ayah. Pagi ini rejekinya pak Ridwan, orang yang selalu menjaga keamanan dan ketertiban di fakultasku. Pak Ridwan juga sosok yang kukagumi. Di umurnya yang sudah tak muda lagi, ia masih tetap istiqomah untuk datang paling pagi demi membuka gerbang untuk para mahasiswa dan dosen. 

"Waduh. Kok malah repot-repot le... Bapak sudah ngopi kok barusan, emang belum makan nasi sih... Makasi banyak ya Lee... Semoga sehat selalu" Ucap Pak Ridwan. 

"Aamiin... Gak baik lo pak minum kopi sebelum sarapan entar malah sakit lambung lo... " Candaku. Beliau hanya tersenyum. 

"Saya masuk dulu ya pak" Ucapku sembari memasukkan sepeda motorku keparkiran. Sebelum naik ke lantai 3 ( laboratorium tempatku melakukan penelitian) kusempatkan singgah ke musholla untuk sholat dhuha.

***

"Hmm, variabel ini harus diulangi setidaknya 3 kali lagi, untuk mengetahui hasil yang lebih spesifik. Jika kita menggunakan 3 pereaksi berbeda maka kita butuh waktu 9 hari paling cepat untuk tahu hasilnya. Itupun jika tidak bermasalah" Jelas Reza, rekan skripsiku. 9 hari bukan masalah besar batinku. Namun ada hal yang masih mengganjal, 


"Baiklah aku sudah tahu gambarannya. Namun sepertinya masalah kita ada di sampel. Aku tak yakin kita punya cukup sampel untuk melakukan 9 kali pengulangan. Bagaimana menurutmu? " Tanyaku. 

"Iya juga sih. Kemarin setelah kucek sampel kita hanya bisa untuk 5 kali percobaan lagi. Kalau harus pesan lagi, kita harus nunggu 3 bulan nih baru sampelnya sampai". Kami berdua berpikir keras, berusaha untuk mencari solusi yang tepat untuk permasalahan kami. Kalau harus menunggu 3 bulan untuk sampel yang baru, kami tak akan sempat untuk mendaftar sidang tahun ini. Artinya masih harus nambah satu semester lagi. Dan tentunya itu sangat tidak mungkin bagi kami. Kalau harus mengurangi percobaan, belum tentu hasilnya bagus. Kalau ganti variabel, maka harus mengulang lagi dari awal. " Pusing!!! "

Di tengah kebingungan kami, Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam laboratorium dan ikut nimbrung dengan obrolan kami. Setelah mendengar permasalahan kami beliau berkata,...


-to be continued.... 


#challengecomeback14desember2020

Cuaca malam itu sungguh bagus. Meski tak terlihat bintang yang berkelipan, para penumpang pesawat tampak tenang. Sebagian dari mereka asik bercakap-cakap dengan teman di sebelahnya. Sebagian lagi asik melahap makanan yang baru saja disajikan. Ada pula yang terlihat lelap dalam tidurnya. 



Di salah satu bangku penumpang, seorang gadis berkerudung merah tampak serius mencoret-coret notesnya. Sambil mendengarkan musik melalui earphone, ia tampak menikmati kegiatannya tersebut. Gadis tersebut bernama Aisyah Nur Azkiya. Ia adalah salah satu mahasiswi berprestasi yang akan melaksanakan program Student Exchange di kampus luar negeri. Aisyah berhasil melewati seleksi super ketat yang diadakan oleh kampus, mengalahkan ratusan pesaing bersama dengan 4 orang lainnya dengan program yang berbeda. Mereka berlima akan melaksanakan program tersebut selama 2 semester di negeri Sakura. 

"Selesai!" Ucap Aisyah lirih. Ia mematikan musik dan melepas earphonenya. Kemudian ia kembali memandangi hasil corat-coretnya di kertas. List target yang harus ia capai dan halal baru yang harus dipelajari tertera dengan rapi disana. Baginya, bisa berangkat ke luar negeri bukanlah hal yang harus ia banggakan, melainkan apa yang bisa dipelajari nya di negeri orang itulah yang harus ia kejar. Program pertukaran mahasiswa ini bukanlah ajang untuk main-main. Berapa banyak orang lain yang ingin berada di posisinya untuk mencari ilmu, namun harus merelakan tekadnya karena tak lolos seleksi. "Bukankah zalim jika aku hanya main-main? " Ucapnya dalam hati. " Aku tak boleh membiarkan waktuku menjadi sia-sia disana. Aku harus belajar dengan giat! " Lanjutnya. 

Aisyah melirik jam tangannya, sudah pukul 20.19. Cacing di perut sudah meronta-ronta minta diisi. Ia teringat belum makan sejak naik pesawat. Aisyah segera merapikan buku catatan dan alat tulisnya dan mengeluarkan kotak makanan. Setelah membaca do'a, gadis itu makan dengan perlahan. 

- to be continued... 

#challengecomeback13desember2020